Sabtu, 03 Maret 2012

Ringkasan Jurnal Teori Ekonomi

DISUSUN OLEH:
FEBRIANA PUSPITA SARI 2221 0688
CANDY GLORIA 2121 0516
MICHAEL ALEXANDER 2421 0380

Kelas: SMAK 04



The Global Competitiveness of The Chinese Wooden Furniture Industri
Persaingan Global Industri Meubel Kayu Cina
Penulis Jurnal Xiao Han, Yali Wen, dan Shashi Kant 


Di era globalisasi yang erat kaitannya dengan teknologi, industri mebel dunia terus berkembang. Hal ini ditandai dengan meningkatnya tingkat inovasi dalam pengemasan dan pengiriman produk, yang akhirnya membuat perdagangan di pasar internasional menjadi semakin mudah. Hal ini terlihat melalui jumlah perdagangan yang telah meningkat dari U$42 milyar pada tahun 1997 menjadi US$97 milyar di tahun 2007 dan perubahan yang dramatis di dalam penyediaan mebel di pasar global, terutama di cina. Saat ini, hampir 90% produk yang dihasilkan diekspor untuk mendapatkan profit maksimum. Di Asia, murahnya harga tenaga kerja dan bahan baku merupakan faktor pendukung untuk menciptakan efisiensi biaya produksi. Hal itulah yang dilakukan oleh Cina sehingga mampu memenangkan persaingan dengan negara-negara maju di Eropa. Dalam pasar global, persaingan mebel diwarnai oleh 10 negara pesaing yang menguasai 70% meubel dari pasar global. Pasar global ini didominasi oleh negara-negara maju seperti Amerika, Italia, Jerman, dan Kanada satu dekade lalu. Namun, negara maju tersebut mengalami kemunduran saham, sementara negara berkembang seperti Cina mengalami kemajuan dan potensi untuk melakukan ekspor di pasar internasional. Saat ini, Cina dan negara-negara berkembang lainnya yang terus memperlihatkan ekspansi besar-besaran di bidang ekspor, sehingga saham negara-negara maju menjadi menyusut menjadi 50% dari yang sebelumnya 80%. Untuk terus bersaing di pasar internasional, akan lebih baik jika perusahaan Cina tidak hanya terpaku terhadap persaingan harga, tetapi juga memperhatikan produktivitas tenaga kerja, manajemen, dan segi teknis lainnya yang masih ada jika dibandingkan dengan negara maju, seperti Jerman dan Italia. Tercatat dalam WTO (World Trade Organization) di akhir tahun 2001, Cina memperoleh akses yang sepadan ke pasar internasional bahkan melebihi Italia pada tahun 2004. Kemudian, Cina juga maju sebagai pemimpin di dalam bidang ekspor meubel kayu dengan jumlah saham 20,91%. Tahun 2004 kemarin, Departmen Perdagangan amerika melakukan kebijakan anti dumping terhadap produksi dan ekspor meubel kayu Cina. Nilai keseluruhan produk yang terkena dampak ini mencapai 1,2 juta miliar dolar Amerika pada tahun 2003. Hal ini merupakan perkara anti dumping terbesar yang terjadi selama 2003. Permintaan dan harga barang-barang Cina juga pernah tergoncang akibat krisis global yang terjadi di Amerika.Hal ini terjadi karena, saat mengalami krisis, Amerika menghentikan impor meubel dari cina. Tetapi, untuk memperbaiki hal itu, Cina mengekspor kayu meubel yang telah dipotong sebelum menjadi meubel. Gangguan juga kembali datang secara geografis dimulai dari iklim, seperti badai es dan gempa bumi hebat yang terjadi 2008 lalu di Cina Selatan yang mengurangi suplai kayu lokal dan mempengaruhi usaha-usaha meubel. Faktor inilah yang harus diperhatikan Cina untuk terus melakukan inovasi untuk penataran industri.



Impact of Domestic Resource Costs on the Competitiveness of Tunisian Fresh Fruit and Vegetable Products Exports
Dampak Biaya Sumber Daya Lokal Terhadap Kompetisi Ekspor Buah dan Sayur Segar di Tunisia Penulis Jurnal Boubaker DHEHIBI dan Aymen FRIJA


Dalam beberapa dekade terakhir, globalisasi membuat ekonomi dunia semakin mandiri, dan membuat hubungan komersial antara negara-negara di seluruh dunia menjadi sangat penting dan intensif. Akibatnya, saat ini model pertukaran (perdagangan) internasional diatur oleh seperangkat hukum dan perjanjian, yang sebagian besar dikelola oleh WTO (World Trade Organization). Oleh karena itu, pertanian kini menjadi salah satu sektor yang paling berpengaruh di era globalisasi. Hal ini terjadi karena negosiasi pertanian tentang hambatan perdagangan, serta konvensi bilateral dan multilateral adalah hal yang paling sulit dan membingungkan di dalam WTO (World Trade Organization). Berdasarkan hal tersebut, hari ini kita harus mengetahui dan memahami aspek yang mempengaruhi perdagangan suatu negara di kancah internasional. Efisiensi merupakan aspek penting yang harus ditingkatkan dengan cara menurunkan biaya total saat melakukan proses produksi. Tingkat ekspor komoditi di Tunisia dapat dibandingkan dengan menggunakan minyak zaitun, jeruk, dan tomat sebagai komoditinya karena merupakan hasil tani yang paling strategis. Kontribusi yang cukup besar juga diberikan melalui ekspor dari segi pendapatan berupa perdagangan buah dan sayur. Angka produksi ekspor tomat di Tunisia sangat terbatas jika dibandingkan dengan kebutuhan nasional. Jumlah tomat yang dikonsumsi lokal selalu saja lebih besar daripada yang diekspor. Fakta kondisi pertanian Tunisia adalah hasil panen dan harga yang diperoleh dari National Agronomic Institute digunakan sebagai dasar penetapan batas harga yang dilakukan oleh ITC (International Trade Cost). Menurut data yang telah diperoleh, maka dapat diketahui bahwa hasil tani yang paling kompetitif adalah minyak zaitun. Hal ini dikarenakan, minyak zaitun merupakan komoditas yang paling efisien. Perhitungan DRC juga mengindikasikan bahwa minyak zaitun dapat berhasil bersaing dalam dunia ekspor. Inilah yang menjadi kunci efisiensi lokal yang terjadi karena peminimalisasian biaya kesempatan (opportunity cost). Berbeda dengan tomat yang kurang kompetitif terhadap perubahan yang ada namun perbaikan terlihat dari naiknya hasil produksi, stabilitas harga jual, dan harga ekspor sehingga secara berkala tingkat harga tomat ada dalam kondisi yang baik dari waktu ke waktu. Penelitian ini menganalisis struktur biaya di bidang ekspor pertanian di Tunisia dengan menggunakan DRC (Domestic Resource Cost) sebagai indikator. Sehingga dapat disimpulkan bahwa negara Tunisia memiliki keunggulan komparatif pertanian di sektor minyak zaitun (DRC>1). Sedangkan untuk hasil tani tomat dan jeruk dinilai kurang kompetitif di pasar international karena nilai DRC kurang dari satu. Walaupun demikian, sektor tomat terus mengalami perbaikan dari waktu ke waktu yang ditandai dengan meningkatnya jumlah output, dan faktor-faktor teknikal lainnya. Sedangkan untuk jeruk, ketersediaan sumber daya alam, terutama tanah kurang mendukung sehingga tingkat kompetitifnya cenderung rendah. Sebenarnya, tingkat hasil tani Tunisia sudah baik. Namun, untuk komoditi tomat dan jeruk perlu ditingkatkan terutama di segi ekspor. Sedangkan untuk hasil tani minyak zaitun harus dipertahankan bahkan ditingkatkan agar semakin mampu menguasai pasar global. Efisiensi juga perlu dioptimalkan, sehingga biaya produksi dapat diminimalisir dan terwujudlah profit yang maksimal.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar