Selasa, 29 November 2011

Tugas Jurnal


Febriana Puspita Sari (22210688)
Sartika                      (26210394)


Analisis Jurnal Pala


Judul                    : Diversifikasi Pengolahan Pala sebagai Sumber Peningkatan pendapatan dan kesejahteraan  masyarakat di Kecamatan Fakfak Kabupaten Dati II Fakfak, Propinsi Irian Jaya.
Pengarang            : LudiaT. Wambrau
Tahun                   : 1999
Tema                    : Pemanfaatan sumber daya pala yang kurang optimal

Latar belakang masalah
                Potensi pala di di Kabupaten Fakfak, Propinsi Irian Jaya memiliki peluang yang signifikan karena potensi alamnya, tetapi dalam pengolahan sumber daya pala kurang optimal. Sehubung dengan itu penulis memandang perlu untuk mengadakan suatu penelitian yang menganalisa kontribusi diversifikasi pengolahan pala sebagai sumber peningkatan pendapatan masyarakat di Kecamatan Fakfak dan faktor-faktor yang memengaruhinya.

Metodelogi
                Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari responden dengan berpedoman pada daftar pertanyaan (kuisioner) dan pengamatan langsung. Data sekunder diambil dari instansi-intansi terkait sehubungan dengan penelitian ini.       
    
Variabel
                Pala-Peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Fakfak, Propinsi Irian Jaya.

Hasil dan analisis
                Masyarakat Fakfak memiliki mata pencaharian utama yaitu dalam bidang perkebunan terutama perkebunan pala yang memiliki potensi yang paling tinggi. Perkebunan pala memiliki potensi besar dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, memperluas lapangan pekerjaan, dan memperluas pasar dalam dan luar negeri.  kualitas pala menjadi hal utama yang harus diperhatikan karena hal itu dapat memengaruhi tingkat pemasarannya. Sumber daya pala yang melimpah seharusnya dapat dimanfaatkan secara optimal, dengan membuat produk turunannya yang bernilai tinggi. Sumber daya pala yang berkualitas dapat bernilai jual tinggi jika diimbangi dengan pembuatan produk turunan pala yang inovatif. Ironisnya, masyarakat Fakfak belum dapat mengoptimalkan sumber daya pala yang berlimpah tersebut.
                Faktor penghambat dalam pengoptimalan sumber daya pala yaitu karena produksi membutuhkan biaya yang besar tetapi investasi modal sangat terbatas sehingga perlu suntikan dana untuk membangun industri-industri yang inovatif.  Kurangnya pengetahuan dan keterampilan masyarakat membuat bahan baku dan produksi pala kurang dimanfaatkan secara optimal.
                Jika masyarakat Fakfak hanya mengandalkan potensi pala mentah maka akan berisiko tinggi karena pala mentah yang melimpah itu hanya bernilai standar, padahal kita dapat mengola bahan mentah pala menjadi suatu produk yang lebih inovatif dan bernilai jual tinggi untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
               
Kesimpulan
                Sumber daya pala yang melimpah   di Kecamatan Fakfak Kabupaten Dati II Fakfak, Propinsi Irian Jaya kurang dimanfaatkan secara optimal. Minimnya industri-industri produk pengolahan pala menjadi masalah utama karena pala mentah yang dihasilkan kurang berkualitas,  kurangnya modal untuk membangun industri turunan pala, dan keterbatasan pengetahuan dan keterampilan masyarakat Fakfak.

Rekomendasi
·   Data yang disajikan dalam penelitian ini bersifat informatif karena narasumber menggunakan metode penelitian primer dan sekunder.
·    Informasi yang disajikan bersifat real karena sesuai dengan kenyataan di lapangan (daerah Fakfak).

Sumber utama                  :

Sumber penunjang         :             


Jumat, 25 November 2011

Perekonomian Baja di Indonesia

Peningkatan produksi baja di Indonesia diprediksi akan meningkat, hal itu dikarenakan:
  1. Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia yang membutuhkan banyak produk baja
  2. Sektor otomotif mendorong penggunaan baja 
  3. Sektor perkapalan juga meningkat
Karena tingginya biaya produksi, maka produsen bajapun akan menaikkan harga jual produk. Penyebab utama dari kenaikan harga jual baja yakni karena kenaikan harga bahan baku pembuatan baja, sehingga hal itu berakibat naiknya biaya produksi.
Indonesia termasuk salah satu konsumen sekaligus produsen baja yang besar. Namun yang terjadi saat ini, produksi baja nasional tidak pernah seimbang dengan konsumsi kebutuhan dalam negeri.
Diperkirakan tahun ini Indonesia masih harus mengimpor baja sekitar 3 juta ton untuk memenuhi tingginya kebutuhan baja di dalam negeri. Oleh karena itu, saat ini masing-masing produsen dalam negeri berlomba meningkatkan kapasitas produksi dan perluasan pasar untuk dapat memenuhi target penjualannya.
Pasar baja nasional memang besar. Dengan pembangunan infrastruktur yang terus berjalan, pasar baja Indonesia akan tetap tumbuh. Namun, di tengah besarnya pasar baja di negeri ini, tingkat produksi masih belum mengimbangi kebutuhan. Sebenarnya ini menjadi potensi pasar untuk investasi baru, asalkan dapat bersaing dengan harga murah dan kualitas baik.

Sumber:
http://www.jurnas.com/news/37045/Produsen_Baja_Pasti_Naikkan_Harga/1/Ekonomi




http://nustaffsite.gunadarma.ac.id/blog/prihantoro/

How Can We Measure the extent of Globalization?

Globalisasi adalah suatu keadaan dimana kehidupan masyarakat dalam berbagai aspek, tidak lagi tergantung pada batas-batas wilayah. Dalam globalisasi bidang ekonomi telah terjadi perdagangan internasional pasar bebas, dibentuknya kerjasama regional, bilateral, maupun multilateral. Berdirinya organisasi World Bank, World Trade Organization, Asian Free Trade Area dan lain-lain.
Fenomena Globalisasi yang terjadi sampai dengan saat ini diantaranya ditandai dengan beberapa hal, diantaranya :
  • Meningkatnya perdangangan global.
  •  Meningkatnya aliran modal internasional, diantaranya investasi langsung luar negeri.
  • Berkembangnya sistem keuangan global.
  • Meningkatnya aktivitas perekonomian dunia yang dikuasai oleh perusahaan-perusahaan multinasional
  •  Meningkatnya peran organisasi-organisasi internasional, seperti WTO, WIPO, IMF, yang berurusan dengan transaksi-transaksi internasional. 
Dengan adanya berbagai kemudahan diatas, kita dapat mengatakan bahwa tingkat globalisasi di dunia kian meluas dari waktu ke waktu. Meluasnya tingkat globalisasi dapat diukur dari beberapa hal dibawah ini diantaranya:  
  • Perubahan Akseleratif, yaitu merupakan perubahan yang sangat cepat dalam segala bidang terutama yang berhubungan dengan interdependensi atau ketergantungan dengan ekonomi, teknologi informasi dan komunikasi di antara negara-negara di dunia 
  • Aliran Modal Tanpa Batas, yaitu tumbuhnya iklim investasi yang mencakup berbagai produk. Banyak perusahaan-perusahaan multinasional yang melakukan ekspansi ke negara-negara lain untuk mendapatkan komponen-komponen produk yang tidak lagi dari anak perusahaannya, tapi dapat juga dari perusahaan-perusahaan lain sehingga terwujud produk barang jadi. 
  • Ekonomi Pengetahuan, yaitu bahwa globalisasi telah membawa hubungan ekonomi antar bangsa yang ditandai saling ketergantungan antara negara-negara maju dan negara berkembang dengan segala implikasi yang ditimbulkannya. Hal ini menjadi kajian ilmu pengetahuan bagi para akademisi, ekonom, perumus kebijakan baik pemerintah maupun dunia usaha.
  •  Hiper Kompetisi, yaitu segala daya upaya yang dilakukan baik dari dunia usaha, dunia industri maupun pemerintah yang selalu berkompetisi untuk memperoleh simpati dan segmen pasar yang sebanyak-banyaknya. Pemanfaatan media komunikasi dan informasi sangat gencar dalam publikasi untuk menawarkan produk-produk unggulan yang berkualitas dengan segala kelebihannya sesuai dengan trens yang ada di dalam masyarakat. 
  • Global dan Kompleks, yaitu segala hal yang terkait dengan transnasional produk telah terjadi saling ketergantungan yang memerlukan tingkat manajemen tinggi dan kompleks. Oleh sebab itu, globalisasi telah memberikan implikasi analisis pemikiran yang integrated dan komprehensif.


http://nustaffsite.gunadarma.ac.id/blog/prihantoro/

    What are the values underlying globalization?Are these “ASEAN” values?Are these values tupically associated with modernization?

    What are the values underlying globalization?
    Nilai-nilai yang mendasari globalisasi adalah tidak adanya batasan dalam hal berkomunikasi, bertransaksi, dan saling bertukar budaya. Dengan globalisasi batas wilayah dan negara tidak lagi menjadi hambatan. Nilai utamanya adalah prinsip universal (menyeluruh)

    Are these “ASEAN” values?
    Nilai-nilai ASEAN lebih mengedepankan voluntary approach (lemahnya pressure group). Semangat persaudaraan di Asia Tenggara yang erat sebagai negara-negara yang bertetangga antara lain cermin dalam perwujudan nilai-nilai ASEAN. Kelebihan nilai-nilai tersebut adalah lebih mengedepankan empathy, namun kekurangan terbesar adalah kurangnya ketegasan. Dengan pendekatan voluntary appoarch yang lebih mengemuka dalam berbagai inisiatif kerja sama yang terbentuk di ASEAN serta lemahnya pressure group diantara sesama negara anggota maka perwujudan integrasi ekonomi kawasan berpotensi memerlukan waktu yang lebih lama.

    Are these values typically associated with modernization?
    Nilai-nilai tersebut terkait dengan modernisasi adalah, terkadang adanya sikap nasionalisme dan rasa tidak terbuka dengan hal-hal yang baru terutama untuk negara ASEAN yang menganut adat ketimuran. Biasanya orang timur lebih mengedepankan semangat persaudaraan dan tertutup pada sesuatu yang baru jadi hal ini menghambat proses modernisasi dan globalisasi



    http://nustaffsite.gunadarma.ac.id/blog/prihantoro/

    Senin, 07 November 2011

    perkembangan buah pala

    Tugas Artikel
    Nama : 1. Febriana Puspita Sari          (22210688)
                2. Sartika                                 (26210394)
    Kelas: SMAK-04


    Perkembangan Buah Pala di Indonesia

                Peranan pala sangat signifikan karena mampu mensuplai 60%-75% kebutuhan pangsa pasar dunia serta mempunyai banyak manfaat baik dalam bentuk mentah ataupun produk turunannya. Keunggulan tanaman ini semua bagian buahnya dapat dimanfaatkan, disamping itu pala termasuk tanaman yang mempunyai keunggulan komparatif alamiah karena berumur panjang, daunnya tidak pernah mengalami musim gugur sepanjang tahun, sehingga baik untuk penghijauan dan dapat tumbuh dengan pemeliharaan minim. Dengan demikian potensi pala cukup kompetitif dan dapat diandalkan dalam membantu pertumbuhan perekonomian di daerah sentra produksi. Meskipun buah pala mempunyai nilai tinggi namun biji buah dan fulinya nilainya paling tinggi karena digunakan sebagai bahan industri minuman, makanan, farmasi dan kosmetik.
                Perkembangan total luas areal pala di Indonesia sejak tahun 1967 hingga 2007 relatif berfluktuatif namun cenderung mengalami peningkatan. Selama kurun waktu tersebut, total luas areal pala di Indonesia meningkat dari 12.742 ha pada tahun 1967 menjadi 74.530 ha pada tahun 2007 atau meningkat rata-rata 5,35% per tahun. Berdasarkan status pengusahaannya sejak tahun 1967 hingga tahun 2007 (rata-rata), 97,72% perkebunan pala di Indonesia diusahakan oleh rakyat (PR). Sedangkan sisanya sebesar 2,17% dikelola oleh perkebunan besar negara (PBN) dan sebesar 0,29% dikelola oleh perkebunan swasta (PBS). Kontribusi Rata-rata Luas Areal Perkebunan Pala di Indonesia Menurut Status Pengusahaan, (Rata-rata 1967 – 2008) Produksi pala di Indonesia adalah dalam bentuk biji pala. Terlihat perkembangan produksi biji pala yang cenderung meningkat dari tahun 1967 hingga tahun 2002, walaupun sempat terjadi penurunan yang sangat tinggi pada tahun 1999 sebesar 30,53% . Pada tahun 2000 produksi biji pala di Indonesia kembali meningkat namun pada tahun 2004 terjadi penurunan yang sangat signifikan hingga mencapai 53,41%, begitu pula pada tahun 2005 yang turun sebesar 20,87%. Rata-rata pertumbuhan produksi biji pala nasional pada kurun waktu 1967-2007 sebesar 3,92%. Pertumbuhan yang sangat tinggi pada kurun waktu tersebut terjadi pada perkebunan besar negara (PBN) sebesar 100,78%.
                Perkembangan volume ekspor pala di Indonesia terlihat meningkat sejak tahun 1996 hingga tahun 2006, walaupun sempat terjadi penurunan yang cukup signifikan sebesar 23,77% pada tahun 2001 menjadi 7,97 ribu ton dari sebesar 10,46 ribu ton pada tahun 2000. Pada tahun 2002 ekspor pala kembali meningkat hingga tahun 2006, namun kemudian volume ekspor pala tersebut kembali turun pada tahun 2007 hingga 2008 dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 5,81% pertahun, sementara nilai ekspor tumbuh sebesar 16, 56% pertahun pada periode 1996-2008. Bentuk ekspor pala adalah pala berkulit, pala kupasan dan bunga pala. Berbeda dengan tren perkembangan volume ekspor, perkembangan volume impor pala pada periode 1996- 2008 sangatlah berfluktuatif. Wujud pala yang diimpor sama dengan wujud pala yang diekspor yaitu pala berkulit, pala kupasan, dan bunga pala. Rata-rata pertumbuhan volume impor pala pada periode 1996-2008 sebesar 103,60% pertahun, jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan volume ekspornya walaupun secara kuantitatif volume ekspor jauh lebih besar. Seperti halnya volume impor, rata-rata pertumbuhan nilai impor pala cukup tinggi yaitu sebesar 65,35% pertahun pada periode yang sama. Pertumbuhan yang cukup tinggi ini dapat disebabkan tingginya nilai pertumbuhan impor pala pada tahun 2003 yaitu sebesar 422,22%, padahal pada tahun yang sama pertumbuhan volume impor turun sebesar 61,11%. Dilihat dari rata-rata pertumbuhan nilai impornya yang begitu tinggi, dapat diartikan bahwa kualitas pala impor cukuplah tinggi. Walupun pertumbuhan impor pala jauh lebih tinggi dari ekspor pala, namun bila dilihat dari neraca perdagangan pala yang positif (surplus) menandakan bahwa peluang usaha tani pala di Indonesia sangatlah prospektif, dan bila dilihat dari sejarah memang pala adalah tanaman asli Indonesia yang berasal dari Pulau Banda (Maluku).
                Menurut kami Sumber daya pala di Indonesia cukup melimpah, akan tetapi pengelolaannya masih kurang optimal karena sumber daya pala tersebut kurang mendapat perhatian dari pemerintah.  Hampir 100% pengusahaan tanaman pala adalah Perkebunan Rakyat (PR), sehingga pengembangannya akan berdampak langsung pada kesejahteraan rakyat.  Tidak dipungkiri bahwa pala merupakan komoditas andalan pada  wilayah tertentu yang berdampak pada aspek ekonomi maupun sosial budaya.  Permasalahnya yaitu sumber daya pala kurang di olah secara optimal. Dari pembahasan yang telah kami ungkap di atas bahwa dari segi volume kuantitas ekspor lebih besar dibandingkan kuantitas impor, sedangkan pertumbuhan ekspor pala lebih kecil dari pertumbuhan impor . Di lihat dari segi kualitas, impor pala lebih kecil dibandingkan dengan ekspor. Permasalahan yang terjadi karena produk mentah  pala dalam negri, kualitasnya tidak sebaik pala yang di impor. Produk turunan pala dalam negeri, kalah bersaing dengan produk negara-negara lain pengekspor pala. Hal ini disebabkan karena negara lain pengekspor pala mampu mengolah pala menjadi suatu produk yang bernilai jual tinggi. penanaman buah pala di Indonesia cukup signifikan, karena potensi alam Indonesia  sangat mendukung. Ekspor pala merupakan salah satu sumber devisa negara, Seharusnya pemerintah dapat memberi penyuluhan  kepada rakyat yang mengelola perkebunan pala sehingga dapat menghasilkan pala yang berkualitas tinggi dan memperbanyak produk dari pengolahan bahan mental pala untuk kemajuan perekonomian Indonesia.


               

    Sabtu, 05 November 2011

    Price Floor and Price Ceiling


    Mengapa Price Floor dapat menimbulkan surplus?

                Price Floor atau harga eceran terendah adalah campur tangan pemerintah dalam menetapkan harga minimum untuk sebuah barang. Tujuan diadakannya Price Floor oleh pemerintah yakni untuk melindungi para produsen. Dengan adanya penetapan harga eceran terendah atau Price Floor akan mengakibatkan kelebihan penawaran. Untuk lebih jelasnya dapat dijabarkan melalui contoh berikut :
    Misalnya harga jeruk dalam negeri per Kilogram pada awalnya adalah Rp 10.000 kuantitas yang diperjualbelikan di pasar adalah 2000 Kg. Penerimaan penjualan adalah Rp 2.000.000 ( Rp 10.000 x 2.000 ). Apabila pemerintah menetapkan price floor sebesar Rp 12.000/Kg, pada tingkat harga ini kuantitas yang ditawarkan produsen meningkat menjadi 2.500 Kg, namun kuantitas yang diminta oleh konsumen hanya 1.500 Kg. Hal tersebut mengakibatkan surplus atau Excess Suplly sebesar 1.000 Kg ( 2.500 – 1.500 ).


    Mengapa Price Ceiling dapat menimbulkan surplus?

                Yang dimaksud dengan Price Ceiling atau harga eceran tertinggi yakni pemerintah menetapkan harga maksimum untuk sebuah barang dan penjual tidak diperbolehkan menetapkan harga di atas atau melebihi harga eceran tertinggi yang telah ditentukan oleh pemerintah. Price Ceiling bertujuan untuk mencapai tingkat harga yang tidak meruh\gikan konsumen. Untuk penjelasan lebih lanjut dapat diuraikan melalui contoh berikut :
    Misalnya harga pulpen pada awalnya Rp 2.000 kuantitas yang diperjuallbelikan di pasar adalah 2.000 unit, penerimaan penjual adalah Rp 4.000.000 ( Rp 2.000 x 2.000 ). Akan tetapi pemerintah menetapkan Price Ceiling untuk penjualan pulpen sebesar Rp 1.600/unit. Pada tingkat harga ini kuantitas yang diminta oleh konsumen meningkat menjadi 2.500 unit, namun kuantitas yang ditawarkan oleh produsen hanya 1.200 unit. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya shortage atau Excess Demand sebesar 1.300 unit ( 2.500 – 1.200 ). Penerimaan produsen juga berkurang menjadi Rp 1.920.000 ( Rp 1.600 x 1.200 ). Untuk mengatasi kelebihan permintaan, pemerintah melakukan import atau mendorong usaha-usaha peningkatan produksi. 

    Sumber : Alam S. 2007. Ekonomi untuk SMA dan MA kelas X. Jakarta. Esis.






    KURVA PENAWARAN

    PERGESERAN KURVA PENAWARAN


    Penawaran tidak hanya dipengeruhi oleh harga, akan tetapi ada faktor yang dapat mampengaruhi kuantitas penawaran akan sebuah barang dan jasa. Beberapa faktor tersebut meliputi :
    1. Biaya dari sumber daya yang digunakan
    2. Teknologi
    3. Banyak penjual
    4. Ekspektasi dari harga yang akan datang
    5. Pajak dan subsidi
    6. Pembatasan pemerintah
    Pergeseran kurva penawaran ke kiri atau ke kanan dapat terjadi akibat faktor-faktor lain di luar harga yang memengaruhi kuantitas barang yang ditawarkan. Jika terjadi peningtkatan penawaran, kurva penawaran bergeser ke kanan, dan jika terjadi penurunan penawaran, kurva penawaran bergeser ke kiri.



    Pergeseran Kurva Penawaran
    ( T-Shirt )

    A. Pergeseran Kurva Penawaran ke Kanan

    Peningkatan kuantitas t-shirt yang ditawarkan dari s1 ke s2 pada harga Rp.25,00 kuantitas yang ditawarkan meningkat dari 600 buah menjadi 900 buah. Faktor-faktor yang mempengaruhi kurva penawaran bergeser ke kanan:
    • Teknologi
    Kemajuan teknologi dalam memproduksi t-shirt dapat meminimalkan biaya bahan baku pembuatan t-shirt. Jika  biaya produksi lebih rendah, maka produsen terdorong untuk memperbanyak produksi t-shirt dari 600 buah menjadi 900 buah. Oleh karena itu, peningkatan teknologi produksi akan mendorong kurva penawaran bergeser ke kanan.
    • Biaya Dari Sumber Daya yang digunakan
    Apabila biaya bahan baku dalam pembuatan t-shirt menurun, maka produsen dapat membeli lebih banyak bahan baku untuk memproduksi t-shirt yang lebih banyak lagi sehingga kurva penawaran bergeser ke kanan.
    • Banyak Penjual
    Jika penjualan t-shirt mendatangkan keuntungan yang tinggi, maka hal ini akan mendorong pemodal-pemodal baru memasuki usaha tersebut, sehingga bartambah banyak penjual t-shirt yang akan mengakibatkan peningkatan jumlah penawaran barang dari 600 buah menjadi 900 buah. Hal tersebut mendorong kurva bergeser ke kanan.
    • Subsidi
    Apabila pemerintah memberikan subsidi kepada produsen t-shirt, maka akan terjadi peningkatan peroduksi yang menyebabkan jumlah penawaran t-shirt bertambah dari 600 buah menjadi 900 buah, dan menghasilkan kurva bergeser ke kanan.
    • Ekspektasi dari Harga yang Akan Datang
    Apabila produsen t-shirt sudah memperkirakan bahwa situasi perkonomian satu tahun mendatang akan membaik, maka pada saat ini mereka memproduksi t-shirt lebih banyak.
    • Pembatasan Pemerintah
    Apabila pemerintah menetapkan kebijakan fiskal ekspansif, maka akan terjadi peningkatan daya beli masyarakat sehingga produsen t-shirt akan meningkatkan jumlah penawaran t-shirtnya.

    B. Pergeseran Kurva Penawaran ke Kiri
    Penurunan kuantitas t-shirt yang ditawarkan mengakibatkan pergeseran kurva penawaran bergeser ke kiri dari s1 ke s2. Pada harga Rp.25,00 kuantitas yang ditawarkan menurun dari 600 buah menjadi 300 buah..
    Faktor-faktor yang memengaruhi kurva penewaran bergeser ka kiri:
    • Biaya dari Sumber Daya yang digunakan
    Apabila bahan baku dalam pembuatan t-shirt naik atau mahal , maka produsen hanya akan membeli bahan baku seperlunya untuk memproduksi t-shirt, sehingga penawaran akan t-shirt pun menurun dari 600 buah menjadi 300 buah. Hal tersebut mnengakibatkan kurva bergeser ke kiri.
    • Pajak
    Semakin besar pajak yang ditetapkan pemerintah, maka produsen akan menurunkan produksinya, sehingga penawan akan t-shirt pun menurun dari 600 buah menjadi 300 buah.
    •  Ekspektasi dari Harga yang Akan Datang 
    Apabila produsen t-shirt sudah memperkirakan bahwa situasi perkonomian satu tahun mendatang akan mamburuk, maka pada saat ini mereka mengurangi produksi t-shirt.
    •  Pembatasan Pemerintah
    Apabila  pemerintah menetapkan kebijakan fiskal kontraktif, maka akan terjadi penurunan  daya beli masyarakat sehingga produsen t-shirt akan mengurangi jumlah penawaran t-shirtnya.


    Sumber : Alam S. 2007. Ekonomi untuk SMA dan MA kelas X. Jakarta. Esis.